Selasa, 13 April 2010

CARA MUDAH BUDIDAYA PADI HIBRIDA


Salam pertanian. Rekan-rekan petani dan penyuluh, kali ini saya ingin sedikit menulis tentang budidaya padi hibrida. Padi hibrida merupakan padi yang notabene bisa berproduksi tinggi hingga 12 ton/ha jauh melebihi produksi padi lokal yang rata-rata 7-8 ton/ha. Tapi perlu diingat bahwa tanaman ini memerlukan perawatan yang ekstra hati-hati, karena padi hibrida merupakan tanaman yang cengeng mudah terserang hama penyakit. Selain itu tanaman ini juga memerlukan pupuk yang lebih banyak dibanding padi unggul lokal. Jangan sampai maksud hati memperoleh produksi padi tinggi tapi mendapatkan hasil yang sebaliknya. Satu lagi perlu diketahui bahwa benih padi hibrida tidak bisa diturunkan, sehingga hanya bisa sekali tanam.
Secara simpel berikut cara budidaya padi hibrida:

BENIH
Penggunaan benih padi hibrida yang dianjurkan 15-20 kg/ha untuk sistem tanam tegel. Jika
menggunakan sistem tanam jajar legowo, kebutuhan benih lebih banyak + 30% atau 4,5 - 6 kg/ha. Ada 31 varietas padi hibrida yang dianjurkan dan sudah dilepas oleh Departemen Pertanian pada tahun 2006. Di antaranya adalah Intani, Rokan, Maro, Longping, Arize Hibrindo, HIPA, SL 11 SHS, ADIRAS 64 dan PP-1.

PESEMAIAN
Persemaiannya dengan menggunakan sistem basah: lahan diolah dalam kondisi macak-macak, kemudian dibuat bedengan setinggi 5 cm. Lahan persemaian harus sudah siap, paling lambat sehari sebelum sebar benih. Untuk setiap 1 kg benih dibutuhkan lahan persemaian seluas 20 m2 atau 300 - 400 m2 untuk penanaman seluas satu ha. Selanjutnya benih direndam dalam larutan Tetramicin 20 ppm, selama 12 - 24 jam, kemudian ditiris di tempat yang aman hingga berkecambah 1 mm, kemudian disebar merata dengan kepadatan 1 kg benih per 20 m2 lahan atau setara dengan kepadatan sebar 50 - 75 gr/m2. Sehari sebelum sebar, persemaian dipupuk SP 36 sebanyak 5 gr/m2 dan KCI 5 gr/m2. Setelah persemaian umur 10 hari, tambahkan pupuk Urea 10 gr/m2 luas persemaian. Sehari setelah sebar hingga hari ke tujuh, masukkan air pada pagi hari hingga ketinggian 5 cm dan keluarkan air pada sore hari. Kemudian pada hari ke delapan dan seterusnya, ketinggian air di jaga 2-5 cm. Setelah bibit umur 15-18 hari setelah sebar atau setelah berhelai daun 5-6 helai, bibit dipindah tanaman di lahan penanaman. Secara periodik dilakukan pengamatan terhadap kemungkinan adanya organisme pengganggu tanaman (OPT).

PERSIAPAN LAHAN
Lahan sawah disiapkan paling lambat 15 hari sebelum tanam. Pengolahan tanah dilakukan 2-3 kali. Pengolahan I, tanah diolah/dibajak dalam keadaan macak-macak; pengolahan II, tanah diolah/dibajak dan digaru untuk melumpurkan dan meratakan lahan agar siap ditanami bibit padi. Pada pengolahan tanah terakhir (III), diberikan pupuk kandang atau pupuk kompos jerami.

PENANAMAN DAN PENYULAMAN
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-18 hari setelah sebar, atau bibit telah berdaun 5-6 helai, dengan sistem tanam pindah (transplanting). Bila menggunakan sistem tanam tegel dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm (untuk lahan kurang subur); atau 23 cm x 23 cm dan 25 cm x 25 cm (untuk lahan subur).
Dapat juga penanaman menggunakan sistem tanam jajar legowo (20 cm x 12,5 cm) x 40 cm (untuk lahan kurang subur) atau (20 cm x 15 cm) x 40 cm (untuk lahan subur). Tanamlah bibit pada kedalaman 2-3 cm, dengan jumlah bibit yang ditanam hanya 1 per lubang atau paling banyak 2 bibit tanam per lubang tanam.
Penyulaman, untuk mendapatkan populasi maksimal, setelah tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh/mati dengan bibit yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Penyulaman dilakukan maksimum satu minggu setelah tanam untuk mempertahankan populasi yang optimal.

PEMELIHARAAN TANAMAN
Anjuran pemupukannya sebagai berikut. Pada pengolahan tanah terakhir (III), diberikan pupuk kandang 2-3 ton/ha atau bila menggunakan pupuk kompos jerami diberikan sekitar 5 ton/ha.
Dosis anjuran pemupukan urea diperkirakan 250-350 kg/ha. Untuk mengetahui tambahan pupuk urea, sebaiknya menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Waktu dan cara aplikasi pupuk per ha adalah: Pemupukan I, umur 7 HST: 75-100 kg urea + seluruh dosis SP 36 + 2/3 dosis KCI. Pemupukan II, umur 21 - 28 HST: 100 kg urea. Pemupukan III, umur 35 - 40 HST: 100 kg urea + 1/3 dosis KCI. Pemupukan IV, apabila 10% dari populasi tanaman telah berbunga : 50 kg urea. Pada daerah yang respon terhadap sulfur (S), pemupukan I urea diganti ZA 100 kg/ha. Jika daerah tersebut sering menunjukkan gejala kekurangan Zn, dilakukan dengan pengeringan air secara berkala dan dipupuk ZnS0410-20 kg/ha bersamaan dengan pemupukan I. Pemupukan dilakukan dengan cara menebar pupuk merata ke seluruh areal tanam. Pada saat pemupukan dan 3 hari setelah pemupukan saluran pemasukan dan pembuangan air ditutup.

PENGAIRAN
Pengairan berselang (intermitten) difokuskan pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan hanya dilakukan di daerah yang pengairannya dapat diatur. Cara pengairan berselang adalah: sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak. Secara berangsur-angsur lahan diairi setinggi 2-5 cm hingga tanaman berumur 10 HST; Lahan tidak diairi sampai 5-6 hari atau sampai permukaan tanah retak-retak selama 2 hari kemudian diairi kembali setinggi 5-10 cm; Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus digenangi air setinggi 5 cm, selanjutnya lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen.

PENGENDALIAN GULMA, HAMA DAN PENYAKIT
Penyiangan dilakukan dengan alat landak atau osrok. Penyiangan I, dilakukan sedini mungkin, maksimal pada umur 18 HST (sebelum pemupukan II). Penyiangan II, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur 30 HST (sebelum pemupukan III). Penyiangan III, dilakukan jika masih banyak gulma yang tumbuh, dilakukan pada umur 30 HST (sebelum pemupukan III). Rumput gulma yang dicabut dibenamkan ke dalam tanah (untuk menambah bahan organik).
Pengendalian HPT dilakukan secara periodik, dengan cara melakukan pengamatan tiap minggu, mulai dari persemaian hingga tanaman menjelang panen. Pada 35 hari sebelum menabur
benih, dilakukan pengendalian hama tikus secara serempak. Upaya pencegahan dan pengendalian HPT dengan menggunakan pestisida hendaknya mengacu pada konsep PHT. Hama yang perlu diwaspadai adalah: wereng coklat, penggerek batang, tikus dan walang sangit, sedangkan penyakit adalah tungro hawar daun bakteri blast. Menjelang panen perlu waspada terhadap serangan burung emprit, dikendalikan secara manual dengan jaring.

-BY MASPARY-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar