Sebenarnya tentang cara menggunakan bagan warna daun bukanlah hal yang sulit dan saya kira sudah banyak blog-blog pertanian yang memostingnya. Demi pentingnya manfaat menggunakan bagan warna daun ini maka GERBANG PERTANIAN perlu mengulas lagi tentang BWD tersebut. Selain itu juga untuk ikut berpartisipasi agar para petani tidak sembarangan dan berlebihan dalam penggunaan pupuk urea. Bukan sekedar nilai uangnya, tetapi jika berlebihan akan berdampak petaka bagi petani itu sendiri. Kenapa? Yach� Karena kelebihan pemakaian urea berarti akan memicu serang kresek atau hawar daun bakteri (BLB)
Bagan warna daun (BWD) adalah alat berbentuk persegi empat yang berguna untuk mengetahui kadar hara N tanaman padi. Pada alat ini terdapat empat kotak skala warna, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan tingkat kehijauan daun tanaman padi. Sebagai contoh, kalau daun tanaman berwarna hijau muda berarti tanaman kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk. Sebaliknya, jika daun tanaman berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan warna di kotak skala 4 pada BWD berarti tanaman sudah memiliki hara N yang cukup sehingga tidak perlu lagi dipupuk.
Hasil penelitian menunjukkan, pemakaian BWD dalam kegiatan pemupukan N dapat menghemat penggunaan pupuk urea sebanyak 15 - 20% dari takaran yang umum digunakan petani tanpa menurunkan hasil. Maka sebaiknya setiap petani harus memiliki bagan warna daun tersebut.
Langsung aja pada pokok pembicaraan bagaimana cara menggunakan BWD:
- Sebelum berumur 14 hari setelah tanam pindah (HST), tanaman padi diberi pupuk dasar N dengan takaran 50-75 kg per hektar. Pada saat itu BWD belum diperlukan.
- Pengukuran tingkat kehijauan daun padi dengan BWD dimulai pada saat tanaman berumur 25-28 HST. Pengukuran dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali, sampai tanaman dalam kondisi bunting atau fase primordia. Cara ini berlaku bagi varietas unggul biasa. Khusus untuk padi hibrida dan padi tipe baru, pengukuran tingkat kehijauan daun tanaman dilakukan sampai tanaman sudah berbunga 10%.
- Pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun.
- Taruh bagian tengah daun di atas BWD, lalu bandingkan warna daun tersebut dengan skala warna pada BWD. Jika warna daun berada di antara dua skala warna di BWD, maka gunakan nilai rata-rata dari kedua skala tersebut, misalnya 3,5 untuk nilai warna daun yang terletak di antara skala 3 dengan skala 4 BWD.
- Pada saat mengukur daun tanaman dengan BWD, petugas tidak boleh menghadap sinar matahari, karena mempengaruhi nilai pengukuran.
- Bila memungkinkan, setiap pengukuran dilakukan pada waktu dan oleh orang yang sama, supaya nilai pengukuran lebih akurat.
- Jika lebih 5 dari 10 daun yang diamati warnanya dalam batas kritis atau dengan nilai rata-rata kurang dari 4,0 maka tanaman perlu diberi pupuk N dengan takaran:
- 50-70 kg urea per hektar pada musim hasil rendah (di tempat-tempat tertentu seperti Subang Jawa Barat, musim hasil rendah adalah musim kemarau).
- 75-100 kg urea per hektar pada musim hasil tinggi (di tempat-tempat tertentu seperti Kuningan Jawa Barat dan Sragen Jawa Tengah, musin hasil tinggi adalah musim kemarau).
- 100 kg urea per hektar pada padi hibrida dan padi tipe baru, baik pada musim hasil rendah maupun musim hasil tinggi.
Ada yang perlu diingat, setelah tanaman padi berumur lebih dari 50 hst sebaiknya hentikan pemakaian urea kecuali pada tanaman padi hibrida.
Mudah bukan dalam penggunaan bagan warna daun? Kalau sudah paham sebaiknya mulai sekarang sebelum melakukan pemupukan jangan lupa gunakan dulu bagan warna daun (BWD) untuk menghemat biaya pemupukan, mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi serangan hama penyakit.
Ada yang ingin berbagi pengalaman dalam penggunaan bagan warna daun? silahkan tulis di kolom komentar dibawah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar