Sudah dua tahun ini saya memandu petani dalam program SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu). Saya sebagai seorang penyuluh kadang dalam hati bertanya-tanya, apa sebenarnya yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam kita menjalankan program tersebut. Karena dalam program tersebut pemerintah telah mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit, dan kita semua berharap agar program tersebut tidak sia-sia.
Memang menurut saya SLPTT yang notabene sebagai program luar biasa spektakuler ciptaan kabinet Indonesia Bersatu dan dinilai berhasil oleh pemerintah memang seharusnya mempunyai tolah ukur keberhasilan per unit kerja penyuluh secara jelas. Bahkan bukan itu saja seharusnya ada perencanaan , monitoring dan evaluasi yang relevan dengan program tersebut per masing-masing penyuluh. Dan memang seharusnya hal tersebut diaplikasikan bukan hanya di program SLPTT saja, tetapi untuk semua kegiatan kita sebagai penyuluh pertanian.
Dengar tidak dengar, sadar tidak sadar, mau tidak mau dan diakui atau tidak diakui diluar sana diluar komunitas penyuluh bergulir isu yang tidak mengenakkan kita sebagai seorang penyuluh, PENYULUH KITA IMPOTEN. Dan lebih parah lagi mereka ada yang membenci kita sebagai penyuluh yang di labeli sebagai orang "PEMAKAN GAJI BUTA". Kerja enak dan santai tapi gaji terus jalan. Padahal kita tahu hal tersebut hanya karena ulah oknum segelintir penyuluh yang blm bisa bekerja. Kita semua tahu sebagian besar keluarga penyuluh telah bekerja dg luar biasa demi petani & demi bangsa ini. Memang kita tiap tahun membuat programa penyuluhan /RKPP (Rencana Kerja Penyuluh Pertanian), yang jadi pertanyaan " apakah kita sudah menggunakan RKPP tersebut sebagai acuan kerja ataukah hanya menjadi hiasan dimeja atau RKPP hanya sekedar untuk menambah angka kredit kita?" Cukup jawab dalam hati saja he he he.... Tapi aku yakin kita semua menggunakannya sbg acuan kerja, kecuali segelintir orang tadi.
wah jadi nglantur critanya nich, kembali ke topik masalah aja ya. Kadang diantara kita ada yang begitu bangga ketika lokasi demplot LL SLPTT kita berproduksi tinggi. Dan mengatakan kalau pelaksanaan SLPTT di desa saya telah berhasil karena bisa mencapai produksi sekian Kg/ ubin. Apakah benar keberhasilan pelaksanaan SLPTT di suatu lokasi hanya diukur dengan hasil ubinan pada lokasi LL tersebut? Jika ya, bagaimana seandainya jika di musim depan produksi menurun ? Bagai mana hasil SLPTT rekan kita yang terkena serangan hama tikus?
Kalau menurut saya tolak ukur keberhasian SLPTT di suatu lokasi ditentukan oleh
- Seberapa besar teknologi yang dapat kita sampaikan kepada petani sebagai pelaku usaha.
- Seberapa besar teknologi tersebut dapat diserap dan dilaksanakan oleh mereka.
- Seberapa besar manfaat dari teknologi tersebut bagi petani kita.
- Dan yang terpenting seberapa besar teknologi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan para petani yang kita cintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar