Saya kira kelemahan padi hibrida Bernas Prima (Padi hibrida bernas Prima Daya Tumbuhnya Sangat Jelek) yang saya posting kemarin telah berakhir. Ternyata belum berakhir juga cerita tentang benih padi hibrida Bernas Prima yang berasal dari Cina tersebut.
Setelah petani menyemai benih padi hibrida bernas prima dan menghasilkan daya tumbuh yang sangat jelek sekali (daya tumbuhnya hanya sekitar 20 %) kini petani mencoba menyelamatkan benih yang tersisa. Masih dengan penuh rasa keyakinan sisa benih yang tumbuh 20 % setelah sekitar 20 hss dipindahkan kelahan persawahan mereka.
Penanaman dipisahkan dengan benih padi lokal supaya ada pembanding untuk mengamati pertumbuhan maupun produksi. Hari demi hari dilalui, petani merawat tanaman padi mereka dengan penuh rasa sayang dan penuh perhatian. Pengendalian hama tikus (gropyokan) selalu dilakukan secara rutin. Pemberian pupuk urea dan NPK Ponska tetap dilakukan walaupun dengan keterbatasan uang.
Kini padi telah berumur 20 hari setelah tanam, sepertinya ada penampakan yang aneh pada tanaman mereka. Setelah diamati secara seksama ternyata tanaman padi bernas prima yang mereka tanam tidak banyak berubah pertumbuhannya. Tanaman padi bernas prima masih belum beranak hanya lebih tinggi saja dibanding sewaktu tanam. Jumlah anakan perumpun masih tetap 2-3 tanaman saja.
Tidak adil rasanya jika pengamatan tanaman padi bernas prima tanpa pembanding. Kemudian kami mengamati pertumbuhan benih padi lokal yang petani tanam. Saat ini petani menanam benih padi Situbagendit dan sebagian menanam Logawa. Ternyata pertumbuhan kedua jenis varietas padi tersebut sangatlah baik tidak mengalami hambatan suatu apapun. Benih padi lokal telah beranak menjadi sekitar 5-6 tanaman perumpun dari sekitar 2-3 tanaman.
Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bukan faktor eksternal yang menghambat pertumbuhan benih padi bernas prima. Telah nyata terbukti kedua kali kalau benih padi hasil impor dari cina tersebut benar-benar jelek dan tidak perlu diulang penanamannya kembali.
Kita perlu bangga pada benih-benih lokal buatan bangsa sendiri.
Saya mohon kepada instansi yang terkait untuk tidak mendatangkan benih-benih dari luar negeri sebelum kita benar-benar paham dan mengujinya terlebih dahulu di tanah indonesia ini. Apalagi benih tersebut harus diterimakan kepada petani sebagai bentuk bantuan Program SLPTT, ini sangatlah ironis sekali. Program yang seharusnya menjadi kebanggaan pemerintah dalam pembangunan pertanian justru akan menjadi bumerang bagi penyuluh pertanian.
Laboratorium Lapang yang seharusnya menjadi media pembelajaran dan contoh bagi petani justru akan menjadi bahan cibiran bagi petani. Program SLPTT yang seharusnya menjadi kebanggaan pemerintah akhirnya akan menjadi suatu program yang kurang bermanfaat bagi petani. Bagi Dinas pertanian dan Penyuluh Pertanianpun seakan juga akan menjadi sebuah tamparan dipipi kanan dan pipi kiri. Mereka akan kehilangan muka dimata petani yang selama ini sebagai mitra mereka. Petani akan kehilangan kepercayaan kepada aparat pemerintahan dalam hal ini adalah Penyuluh Pertanian dan Mantri Tani.
Saya yakin petani sekarang banyak yang pintar, dan tahu benar bahwa semua bentuk bantuan dari pemerintah tersebut adalah sebuah upaya pengembalian uang rakyat kepada petani agar dimanfaatkan untuk meningkatkan pembangunan pertanian bangsa ini. Dan jika semua itu dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk kepentingan pribadi ini berarti sebagai bentuk pengkhianatan kepada petani, rakyat dan kepada bangsa Indonesia yang kita cintai ini.
Walah malah ngelantur kemana-mana���
Sekian dulu postingan kali ini semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi kita semua. Saya yakin banyak pembaca yang ingin menambahkan atau tidak setuju dengan pemikiran-pemikiran saya tersebut, silahkan tulis saja di kolom komentar dibawah ini.
-maspary-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar