Jumat, 31 Desember 2010

PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN OLEH PETANI DAN PEMERINTAH

Ubinan ngudi tuwuh pjrkn 01032010(002) Istilah �swasembada pangan� mulai kita kenal sejak tahun 1964, waktu itu IPB dengan persetujuan dinas pertanian rakyat melakukan proyek swasembada bahan makanan. Bedasarkan pemikiran bahwa pertumbuhan penduduk yang terus meningkat memerlukan upaya pemenuhan kebutuhan pangan maka swasembada pangan harus dilakukan

Kita telah dua kali mencapai swasembada beras yang pertama tahun 1984 dan yang kedua tahun 2004. Menurut Presiden SBY rencana swasembada pangan yang akan dicapai meliputi komoitas beras, gula, jagung, kedelai dan daging. Ketika menteri pertanian dipegang oleh Anton A Swasembada telah tercapai karena produksi pertanian kita telah mencukupi 90% kebutuhan pangan bangsa kita.

Masalahnya adalah bagaimana kita mampu mempertahankan swasembada ini secara berkelanjutan??

Sektor pertanian masih tetap akan berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini didasarkan pada PDB sektor pertanian th 2007 - 2008 mengalami pertumbuhan sekitar 4,41%. Kontribusi pertanian dalam menurunkan jumlah penduduk miskin mencapai 66%, dengan rincian 74% di perdesaan dan 55% di perkotaan.

Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai salah satu indikator kesejahteraan petani secara konsiten mengalami peningkatan selama 2006-2008 dengan pertumbuhan 2,52% per tahun. Dengan kinerja yang kondusif seperti itu, perdagangan komoditas pertanian mengalami peningkatan selama 2005 � 2008 dengan rata-rata pertumbuhan 29,29 % pertahun.

Periode 2004 � 2008 pertumbuhan produksi tanaman pagan meningkat. Produksi padi meningkat rata-rata 2,78% per tahun. Produksi jagung meningkat 9,52% per tahun. Peningkatan produksi tanaman pangan pada tahun 2008, dipengaruhi oleh:

  1. Tingginya motivasi petani/pelaku usaha pertanian untuk berproduksi karena pengaruh berbagai kebijakan dan program pemerintah meliputi penetapan harga, pengendalian impor, subsidi pupuk dan benih, bantuan benih gratis, penyediaan modal, akselerasi penerapan inovasi teknologi, dan penyuluhan.
  2. Perkembangan harga-harga komoditas pangan di dalam negeri yang kondusif sebagai refleksi dari perkembangan harga di pasar dunia dan efektifitas kebijakan pemerintah.
  3. Kondisi iklim memang sangat kondusif dengan curah hujan yang cukup tinggi dan musim kemarau relatif pendek.

Tabel 1. Produksi dan Produktivitas Padi di ASEAN tahun 2006. (sumber FAO Stat 2008

NEGARA

LUAS PANEN

(100 Ha)

PRODUKSI

(1000 metric ton)

PRODUKTIVITAS

(Kg/ha)

Indonesia

11,789.43

54,454.937

4,620

Filipina

4,159.930

15,326.706

3,684

Thailand

658.200

30,945.774

3,249

Malaysia

658.200

2,202.000

3,254

Vietnam

NA

35,917.900

4,981

Tabel 2. Produksi dan Produktivitas Jagung di ASEAN Tahun 2006. (sumber FAO Stat 2008)

NEGARA

LUAS PANEN

(1000 Ha)

PRODUKSI

(1000 metric ton)

PRODUKTIVITAS

(kg/Ha)

Indonesia 3,345.805
11,609.463 3,470
Filipina 2,570.673
6,082.109 2,366
Thailand 951.970
4,057.698 3,913
Malaysia 10.000
3.800 3,980
Vietnam NA
3,819.400 3,700

Tantangan dan permasalahan mendasar pembangunan sektor pertanian adalah mengenai sarana dan prasarana, permodalan, pasar, teknologi, kelembagaan petani. Namun demikian walaupun dihadapkan pada berbagai permasalahan dan hambatan, sektor pertanian telah mampu menunjukan keberhasilan dan perkembangan yang menggembirakan.

Untuk menghadapi tantangan dan hambatan pembangunan tersebut pemerintah telah mempersiapkan strategi diantaranya adalah menguatkan fondasi pertanian, akselerasi pembangunan pertanian dan diversifikasi pangan

Masalah swasembada pangan adalah sebuah keharusan bagi bangsa Indonesia. Sumber daya alam jelas masih cukup, apalagi diluar jawa. Di pulau jawa bila tata guna tanah diatur dengan baik masih dapat dipertahankan areal pertanian berpengairan. Atau pemerintah melarang segala jenis konversi tanah sawah di jawa dan memperluas sawah di luar jawa. Intinya swasembada dan swasembada berkelanjutan adalah pilihan kebijaksanaan pembangunan. Pemerintah yang paling berhak untuk memutuskan.

-MASPARY-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar